-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iklan

Dampak Serius Pencemaran Sampah di Wilayah Distrik Ayamaru

Sabtu, 05 Juli 2025 | Juli 05, 2025 WIB Last Updated 2025-07-06T04:00:19Z

 





Maybrat, RoteNews.com - Komunitas Peduli Tataruang (Petarung) Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya kembali melakukan Observasi pada beberapa wilayah yang berfokus pada titik-titik pembuangan sampah liar di Distrik Ayamaru. Lokasi yang kami datangi hari ini adalah lokasi Jembatan Yoel JalanSauf, Kampung Aves dan Samu Bah dan SMP Ayamaru. Semua sampah di wilayah ini nyaris membuat keindahan wisata Danau Ayamaru kini terancam oleh dampak pembuangan sampah plastik yang tidak terkendali oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, adalah salah satu penyebab utama.


Ketua komunitas Petarung, Imanuel Tahrin mengungkapkan bahwa sampah yang terdiri dari styrofoam, batok kelapa, mangkok mie instan, dan lainnya, secara rutin mencemari keindahan danau tersebut. Mulai dari sampah seperti Popok, bekas botol mineral, baliho, karung, sampah rumah tangga banyak terdapat di Lokasi Fratomu, yang dikenal pula sebagai Jembatan Yoel. Di sinilah kami menyaksikan luka ekologis yang menyisahkan luka Karena sampah organik berserakan dimana-mana di wilayah Ayamaru.


“Hutan yang dulu perawan kini menjelma menjadi ladang sampah. Botol plastik, karung, bahkan bangkai anjing dibiarkan membusuk dalam diam. Sampah-sampah itu telah menumpuk selama lebih dari sepuluh tahun. Jika tidak ditangani segera, Fratomu akan benar-benar berubah menjadi bukit sampah yang membusuk di jantung alam,” ujar Ketua Komunitas Petarung, Imanuel Tahrin saat ditemui petarung.org di Fratomu Sabtu (5/7/2025).


Ia menambahkan, Kami menelusuri jalan setapak menuju jurang tempat sampah dibuang. Melewati batu-batu tajam, semak lebat, dan akar-akar yang mencuat dari tanah, kami tiba di jurang. Ini bukan sekadar tempat buang sampah. Ini hutan penyangga Danau Ayamaru jantung ekosistem wilayah ini, yang dibuat rusak dengan aneka sampah organik.


“Tempat ini bukan sekadar tanah. Ia adalah ibu yang menopang kehidupan. Kini ia terluka oleh ketidakpedulian manusia,” ujar Tahrin.





Sementara itu Jhon Way salah satu komunitas pemuda AIMAR Distrik Aitinyo, yang berkolaborasi bersama petarung untuk isu lingkungan mengatakan


Jarak dari wilayah Fratomu hanya sekitar 100 meter dari lokasi sampah ini, mengalir sungai besar yang bermuara ke Danau Ayamaru. Jika tidak segera ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Maybrat khususnya Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tata Ruang, Bappeda, dan pemerintah distrik serta kelurahan maka tempat ini akan benar-benar menjadi TPA liar permanen.


“Kami hadir untuk menyuarakan isu lingkungan, agar pemerintah tergerak meninjau langsung dan mengambil tindakan sebab jika tidak, maka ancaman nyata akan terjadi: pencemaran air bawah tanah yang tak terlihat tapi mematikan,” ujarnya.


Ia menambahkan, mereka menemukan banyak sampah dibuang ke anak sungai yang mengalir ke danau, berisi kantong plastik, popok bekas, botol minuman. Bahkan, kami melihat ikan memakan sampah. Padahal, bendungan untuk mengembalikan kejayaan Danau Ayamaru pernah diperjuangkan mantan Bupati Maybrat melalui Balai Wilayah Sungai dan Pemerintah Pusat. Pemerintah saat ini harus bertindak tegas menjaga danau ini. Jangan sampai ikon wisata megah di tengah kepungan sampah.


“Berdasarkan observasi kami, sampah yang dibuang adalah sampah rumah tangga: sisa aktivitas rumah tangga, tidak termasuk tinja dan limbah medis, Sampah sejenis rumah tangga: berasal dari ruko, sekolah, bengkel, dan fasilitas umum lainnya, ke depan menjadi ancaman bagi danau,” ujarnya.


Komunitas Petarung Maybrat menyoroti dampak serius cemaran sampah plastik terhadap ekosistem air dan kehidupan ikan. Mereka berharap ada kesadaran masyarakat dan peran pemerintah dalam menangani masalah ini. Edukasi publik dianggap sebagai kunci untuk merubah perilaku dan meningkatkan tanggungjawab kolektif terhadap pelestarian danau.


Berdasarkan oservasi lapangan, dari Petarung sampai saat ini, belum ada tindakan dari pihak terkait. Ia berharap ke depannya perlu tindakan segera dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah setempat untuk menjaga keberlanjutan. 


Penulis : Jensen Segeit

×
Berita Terbaru Update