-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iklan

Pembubaran Tempat Ibadah di Padang, Moderasi Beragama Gagal" GMKI Sorong Selatan angkat Suara Toleransi dari Timur Indonesia:

Jumat, 01 Agustus 2025 | Agustus 01, 2025 WIB Last Updated 2025-08-02T02:03:52Z



Teminabuan, RoteNews.com - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Sorong Selatan, Ketua Cabang Gofon Arky lemauk kritik keras terhadap Kementerian Agama yang dinilainya tidak responsif dalam menyikapi maraknya kasus intoleransi Rabu, 30/7/2025



Di tengah meningkatnya kasus intoleransi yang mengoyak keutuhan sosial bangsa, seruan damai dan toleransi kembali menggema dari wilayah Timur Indonesia.



Pernyataan ini disampaikan menyusul maraknya insiden intoleransi di berbagai daerah seperti pembubaran ret-ret anak-anak di Cidahu, Sukabumi Penolakan Rumah Ibadah di depok dan Kalimantan Barat hingga yang baru-baru ini terjadi, pembubaran ibadah jemaat di Padang.



Peristiwa itu terjadi di RT 03 RW 09 Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah Padang, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).



Puluhan warga menggeruduk sebuah rumah yang dijadikan rumah doa bagi jemaat Kristen di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).



Willy Aditya Soroti Maraknya Kasus Intoleransi Beragama: Negara Harus Hadir dengan Keadilan


Aksi massa yang diwarnai perusakan itu terjadi pada rabu (30/7/2025) petang.



“Kami di Indonesia Timur hidup berdampingan dengan berbagai agama, suku, dan bahasa setiap hari. Gereja berdampingan dengan masjid, dan perayaan keagamaan kami saling dijaga bersama. Kenapa di tempat lain justru perbedaan dijadikan alasan untuk saling membenci?” tegas Alfons, Senin (30/7/2025).








Menurut data dari sejumlah lembaga pemantau kebebasan beragama dan berkeyakinan, tahun 2025 menunjukkan lonjakan signifikan kasus intoleransi, mulai dari pelarangan pendirian rumah ibadah, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, hingga ujaran kebencian berbasis SARA di media sosial.



Gofon mengajak masyarakat yang masih memelihara sikap intoleran untuk membuka mata terhadap budaya hidup rukun yang telah lama menjadi praktik keseharian di wilayah Indonesia Timur.



“Kami tidak ingin Indonesia hancur karena kebencian. Kami ingin menunjukkan bagaimana kami bisa hidup rukun meski berbeda. Mari datang ke tanah kami, lihat sendiri bagaimana toleransi menjadi budaya, bukan sekadar slogan,” ujarnya.



ketua cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Sorong gofonarky lemauk, juga menyampaikan kritik keras terhadap Kementerian Agama yang dinilainya tidak responsif dalam menyikapi maraknya kasus intoleransi.



“Saya belum melihat langkah nyata dan tegas dari Pemerintah Pusat, terutama Kementerian Agama (Kemenag), dalam merespons berbagai kasus intoleransi yang terjadi belakangan ini. Padahal mereka memiliki program Moderasi Beragama, tapi sampai hari ini belum terlihat output maupun outcomenya. Kaum-kaum intoleran justru terus tumbuh subur di negeri ini,” ungkap gofon.




Dalam pernyataan penutupnya, Gofon lemauk, menekankan bahwa penegakan hukum, pendidikan karakter, serta dialog lintas iman harus menjadi strategi utama dalam merawat toleransi di Indonesia.



“Sebagai bangsa majemuk, kita berdiri di atas semangat Bhinneka Tunggal Ika. Toleransi bukanlah pilihan, tapi kewajiban moral dan konstitusional. Kebebasan beragama dijamin dalam Pasal 28E ayat (1) UUD 1945. Negara tidak boleh abai,” tutupnya.


( Jensen Segeit ) 

×
Berita Terbaru Update